
Rio de Janeiro, majalahparlemen.com — Presiden Brasil, Luiz Inácio Lula da Silva menyatakan bahwa kelompok BRICS merupakan kelanjutan dari semangat Konferensi Asia-Afrika atau Konferensi Bandung yang menolak dominasi kekuatan besar dunia. Hal itu ditegaskannya dalam pembukaan sesi pertama Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS ke-17 di Museum Seni Modern (MAM), Rio de Janeiro, Minggu (6/7/2025).
Pernyataan tersebut disampaikan di hadapan para kepala negara anggota BRICS, termasuk Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto, yang untuk pertama kalinya menghadiri forum tersebut setelah Indonesia resmi bergabung sebagai anggota penuh pada 1 Januari 2025.
“BRICS adalah manifestasi dari gerakan non-blok Bandung. BRICS menghidupi semangat Bandung,” kata Lula dengan lantang dalam pidatonya.
Lula menyoroti situasi dunia yang dinilainya sedang menghadapi krisis multilateralisme. Ia menyebut, meskipun Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah berusia 80 tahun sejak didirikan pada 26 Juni 1945, namun dunia justru mengalami kemunduran dalam kerja sama multilateral.
“Kita menyaksikan keruntuhan multilateralisme yang belum pernah terjadi sebelumnya. Padahal, PBB didirikan untuk menandai kekalahan fasisme dan menjadi simbol harapan dunia,” jelasnya.
Presiden Brasil juga mengingatkan bahwa sebagian besar negara anggota BRICS merupakan pendiri PBB. Ia menegaskan bahwa semangat Konferensi Bandung yang digelar satu dekade setelah berdirinya PBB, menolak pembagian dunia ke dalam zona pengaruh dan mendukung tatanan dunia yang multipolar.
“Sepuluh tahun setelah PBB berdiri, Konferensi Bandung menolak blok-blok kekuasaan dan memperjuangkan dunia yang lebih setara,” ujarnya.
Lula pun menutup pidatonya dengan menyatakan posisi strategis BRICS dalam peta geopolitik global. “BRICS adalah pewaris gerakan non-blok.”
KTT BRICS 2025 menjadi forum strategis bagi negara-negara anggota untuk mendiskusikan isu-isu besar, termasuk konflik global yang masih berlarut, reformasi tata kelola global, dan penguatan sistem multilateral yang inklusif.
Selain politik dan keamanan, pertemuan juga membahas peluang kerja sama di bidang ekonomi, keuangan, pengembangan teknologi seperti artificial intelligence (AI), lingkungan hidup, perubahan iklim, hingga isu kesehatan global.
KTT BRICS tahun ini menjadi pertemuan keempat yang digelar di Brasil dan yang kedua dipimpin langsung oleh Lula da Silva.
Dalam sesi perdana yang mengangkat tema perdamaian, keamanan, serta reformasi tata kelola global, Lula mengingatkan bahwa waktu berbicara setiap pemimpin negara dibatasi selama tujuh menit.
Selain Presiden Prabowo, juga hadir beberapa pemimpin negara anggota baru, antara lain Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed, Perdana Menteri Mesir Mustofa Madbouly, Putra Mahkota Abu Dhabi Khalid bin Mohammed bin Zayed, dan Menteri Luar Negeri Iran Sayed Abbas Aragchci.
Para pemimpin negara anggota baru itu melengkapi kehadiran negara-negara pendiri seperti Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan.
Partisipasi Indonesia dalam KTT BRICS kali ini menandai babak baru diplomasi Indonesia yang aktif memperjuangkan tatanan dunia yang adil, inklusif, dan bebas dari dominasi kekuatan besar. *** (raihan/sap)