
Jembrana, majalahparlemen.com — Memasuki hari ketiga pasca tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali, Kepolisian Resor (Polres) Jembrana, Bali, terus mengintensifkan patroli laut dan pesisir. Aparat kini melibatkan secara aktif para nelayan lokal untuk membantu pencarian korban maupun barang-barang yang berkaitan dengan musibah tersebut.
Ajun Komisaris Polisi (AKP) I Ketut Sukadana, Kapolsek Melaya, mengatakan bahwa patroli darat dan laut terus dilakukan, seraya meminta nelayan yang melaut untuk ikut memantau perairan sekitar.
“Kami mengimbau nelayan, apabila melihat penumpang kapal maupun benda mencurigakan yang mungkin berasal dari kapal tenggelam, agar segera melapor ke Bhabinkamtibmas atau menghubungi nomor layanan 110,” ujar AKP Sukadana, Sabtu (5/7/2025) di Jembrana.
Sejak insiden terjadi pada Kamis dini hari (3/7/2025) sekitar pukul 00.30 WITA, para nelayan di wilayah Gilimanuk hingga Pabuahan terbukti memainkan peran penting. Mereka tak hanya membantu menyelamatkan belasan penumpang, tetapi juga menemukan sejumlah jenazah korban yang terdampar di perairan barat Kabupaten Jembrana.
Diketahui, KMP Tunu Pratama Jaya membawa 53 penumpang, 12 awak kapal (ABK), dan 22 kendaraan berbagai jenis dalam pelayaran yang berujung petaka tersebut.
“Sejumlah nelayan di Pabuahan dan Pengambengan turut menemukan korban, baik yang selamat maupun yang meninggal. Arah arus laut saat kejadian mengarah ke timur, sehingga kami perluas area pencarian ke wilayah-wilayah tersebut,” jelas Kepala Satuan Polairud Polres Jembrana, AKP I Putu Suparta.
Satuan Polisi Perairan dan Udara (Polairud) Polres Jembrana juga mengerahkan dua armada kapal untuk menyisir perairan dari Pelabuhan Gilimanuk hingga Pabuahan, Kecamatan Negara. Fokus pencarian mencakup kemungkinan korban terseret arus serta benda-benda yang dapat membantu proses identifikasi dan investigasi kecelakaan.
Upaya penyisiran dilakukan secara intensif oleh Tim Gabungan SAR yang terdiri dari Basarnas, TNI AL, Polri, hingga relawan setempat, dengan dukungan penuh dari masyarakat pesisir.
Kisah penyelamatan oleh nelayan asal Dusun Pabuahan, Desa Banyubiru, menjadi sorotan. Meski berjarak puluhan kilometer dari lokasi kapal tenggelam, para nelayan tersebut berhasil mengevakuasi belasan penumpang yang terapung di tengah laut dengan kondisi mengenaskan.
“Kami mendapati mereka terombang-ambing tanpa pelampung. Beberapa memegang potongan kayu atau barang apung dari kapal. Kami langsung tarik naik ke perahu,” ujar salah satu nelayan yang enggan disebutkan namanya.
Hingga Sabtu sore, belum seluruh penumpang kapal berhasil ditemukan. Tim SAR dan aparat gabungan terus memperluas area pencarian, termasuk menyusuri pantai-pantai kecil dan muara sungai yang berpotensi menjadi tempat korban terseret arus. *** (raihan/sap)